Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.393,5 per dolar AS di perdagangan pasar spot pagi ini. Mata uang Garuda naik 21 poin atau 0,15 persen dari perdagangan sebelumnya, yakni Rp14.414,5 per dolar AS.
Mayoritas mata uang di Asia terpantau merah pagi ini. Tercatat, dolar Singapura minus 0,01 persen, won Korea Selatan minus 0,4 persen, ringgit Malaysia minus 0,07 persen, yen Jepang minus 0,11 persen, dan baht Thailand minus 0,07 persen. Sementera Peso Filipina naik 0,17 persen, dolar Hong Kong stagnan, dan yuan China menguat 0,12 persen.
Mayoritas mata uang di negara maju menguat pagi ini. Poundsterling Inggris naik 0,1 persen, dan euro Eropa bertambah 0,08 persen, dolar Kanada naik 0,07 persen, dan dolar Australia menguat 0,3 persen. Sedangkan franc Swiss minus 0,05 persen.
Namun menurut para analis, nilai tukar rupiah diperkirakan bakal keok hari ini karena sentimen negatif pasar terhadap aset berisiko pagi ini. Salah satunya, invasi Rusia ke Ukraina masih belum usai. Pelemahan rupiah berpotensi berada dalam kisaran Rp14.380 per dolar AS-Rp14.450 per dolar AS.
Pasar juga mewaspadai kenaikan inflasi yang tinggi karena naiknya harga komoditas akibat potensi gangguan pasokan dari Rusia dan Ukraina. Hal ini mendorong para pelaku pasar keluar dari aset berisiko dan masuk ke aset aman seperti dolar AS dan Emas. Kenaikan inflasi bisa menekan pertumbuhan ekonomi ke depan dan tentunya ini akan menekan pertumbuhan aset berisiko.
Di sisi lain, sikap pemerintah yang membebaskan tes PCR dan antigen untuk mereka yang sudah divaksin mendukung penguatan rupiah terjadi hari ini.