Nilai tukar rupiah berada di level Rp14.295 per dolar AS pada Kamis (17/6) pagi. Posisi ini melemah 57 poin atau 0,4 persen dari Rp14.238 per dolar AS pada Rabu (16/6).
Rupiah melemah bersama mayoritas mata uang Asia lainnya. Won Korea Selatan melemah 1,02 persen, peso Filipina minus 0,57 persen, yuan China minus 0,4 persen, ringgit Malaysia minus 0,38 persen, dan baht Thailand minus 0,05 persen. Sementara dolar Singapura menguat 0,13 persen dan yen Jepang minus 0,05 persen. Sedangkan dolar Hong Kong stagnan.
Sebaliknya, mayoritas mata uang utama negara maju justru menguat dari dolar AS. Dolar Australia menguat 0,32 persen, rubel Rusia 0,16 persen, franc Swiss 0,09 persen, dan euro Eropa 0,04 persen. Hanya poundsterling Inggris yang melemah 0,34 persen dan dolar Kanada minus 0,02 persen.
Analis Pasar Uang Ariston Tjendra mengatakan rupiah kemungkinan melemah dari dolar AS pada hari ini karena sentimen ekspektasi pasar terhadap perubahan kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve. Bank sentral AS mempercepat proyeksi kenaikan tingkat suku bunga acuan The Fed yang terlihat berpotensi naik 50 basis poin di 2023. Padahal sebelumnya The Fed memperkirakan baru akan terjadi kenaikan di 2024.
Selain itu, The Fed juga menaikkan proyeksi inflasi AS pada 2021 menjadi 3,1 persen. Sebelumnya, asumsi bank sentral hanya 2,2 persen. Hal ini turut menguatkan tingkat imbal hasil obligasi di AS dan dolar AS. Di sisi lain, kenaikan jumlah kasus covid-19 juga menekan rupiah. Rupiah berpotensi melemah ke arah Rp14.270 dengan potensi support di kisaran Rp14.200 per dolar AS.