Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.458 per dolar AS di perdagangan pasar spot pada Kamis (29/4). Mata uang Garuda menguat 42 poin atau 0,29 persen dari Rp14.500 per dolar AS pada Rabu (28/4). Rupiah menguat bersama mayoritas mata uang Asia, seperti won Korea 0,55 persen, baht Thailand 0,44 persen, dan yuan China 0,17 persen.
Dolar Singapura menguat 0,14 persen, peso Filipina 0,14 persen yen Jepang 0,11 persen, dan dolar Hong Kong 0,01 persen. Hanya ringgit Malaysia yang melemah 0,17 persen dari mata uang negeri Paman Sam.
Sementara, mata uang utama negara maju kompak berada di zona hijau. Dolar Australia menguat 0,34 persen, poundsterling Inggris 0,22 persen, franc Swiss 0,19 persen, dolar Kanada 0,19 persen, euro Eropa 0,18 persen, dan rubel Rusia 0,1 persen.
Analis Pasar Uang Ariston Tjendra memperkirakan rupiah akan menguat di kisaran Rp14.450 sampai Rp14.530 per dolar AS pada hari ini. Penguatan didukung oleh pernyataan bank sentral AS, The Federal Reserve, yang mengungkapkan belum ada kebijakan pengetatan moneter dalam waktu dekat.
The Fed juga menilai bahwa inflasi baru terjadi di AS saja, namun tidak seluruh negara, sehingga belum menunjukkan pemulihan ekonomi yang lebih cepat. The Fed melihat masih ada risiko perlambatan ekonomi karena perkembangan pandemi covid-19. Dolar AS terlihat melemah setelah pengumuman kebijakan bank sentral AS tersebut.
Sentimen ini kemudian yang mendukung penguatan rupiah dan mata uang negara lain dari dolar AS pada hari ini. Tapi, Ariston mewanti-wanti masih ada risiko pelemahan mata uang Garuda dari aksi bagi-bagi dividen perusahaan nasional dari hasil laporan keuangan mereka pada bulan ini.