Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.349 per dolar AS di perdagangan pasar spot hari ini. Mata uang Garuda menguat 21 poin atau 0,15 persen dibandingkan Rp14.370 per dolar AS pada Jumat (10/12).
Di kawasan Asia, rupiah menguat bersama mayoritas mata uang Asia lainnya. Won Korea Selatan menguat 0,24 persen, yuan China 0,17 persen, baht Thailand 0,13 persen, ringgit Malaysia 0,11 persen, dolar Singapura 0,05 persen, dan peso Filipina 0,03 persen. Hanya yen Jepang yang melemah 0,07 persen. Sedangkan, dolar Hong Kong stagnan.
Mata uang utama negara maju bervariasi. Poundsterling Inggris melemah 0,09 persen, euro Eropa minus 0,05 persen, dan franc Swiss minus 0,03 persen. Namun, dolar Kanada menguat 0,1 persen, rubel Rusia 0,1 persen, dan dolar Australia 0,08 persen. Meski menguat di awal perdagangan, namun rupiah diperkirakan akan tertekan di kisaran Rp14.350 sampai Rp14.380 per dolar AS pada akhir perdagangan.
Sentimen utama datang dari rilis data inflasi AS yang mencapai 6,8 persen secara tahunan dan mencetak rekor tertinggi sejak 1982. Nilai tukar rupiah berpotensi tertekan terhadap dolar AS dengan kenaikan inflasi konsumen AS yang tertinggi dalam 40 tahun.
Selain itu, angka klaim tunjangan pengangguran AS juga cukup rendah dalam 52 tahun terakhir. Hal ini mengindikasikan bank sentral AS, The Federal Reserve bisa segera menyesuaikan kebijakan moneternya ke depan.