Keuangan dan Bisnis | Kamis, 25 Juni 2020 - 12:12 WIB

Rupiah Menguat ke Rp14.115 per Dolar AS

Rupiah Menguat ke Rp14.115 per Dolar AS

Author:

Maulidia Septiani

Keuangan dan Bisnis

25 Juni 2020

12:12 WIB

Nilai tukar rupiah berada di level Rp14.115 per dolar AS pada Kamis (25/6). Posisi ini menguat 15 poin atau 0,11 persen dari Rp14.130 pada Rabu (24/6).
Rupiah memimpin penguatan mata uang Asia dari dolar AS. Mata uang Garuda menguat bersama dolar Singapura menguat 0,08 persen dan baht Thailand 0,03 persen.

Sementara dolar Hong Kong stagnan. Sedangkan won Korea Selatan melemah 0,66 persen, yuan China minus 0,28 persen, ringgit Malaysia minus 0,15 persen, yen Jepang minus 0,04 persen, dan peso Filipina minus 0,04 persen. 

Begitu pula dengan mata uang utama negara maju, mayoritas melemah dari dolar AS. Dolar Australia melemah 0,05 persen, franc Swiss minus 0,04 persen, dolar Kanada minus 0,01 persen, euro Eropa minus 0,01 persen.

Hanya rubel Rusia yang menguat 0,05 persen. Sementara poundsterling Inggris stagnan.

Kendati menguat, namun Analis sekaligus Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra mengatakan pergerakan nilai tukar rupiah kemungkinan akan tertekan pada hari ini. Proyeksinya, rupiah bergerak di kisaran Rp14.050 sampai Rp14.200 per dolar AS.

Pelemahan rupiah kemungkinan juga diikuti oleh mata uang lain. Hal ini terjadi akibat sentimen negatif dari sinyal 'perang baru' antara AS dan Eropa di bidang perdagangan. Isu yang bisa menekan aset berisiko adalah rencana pengenaan tarif impor baru terhadap barang-barang dari Eropa oleh AS, yang bisa memicu perang dagang baru.

Selain itu, sentimen kekhawatiran penambahan kasus baru virus corona atau covid-19 di berbagai negara juga masih menyelimuti pelaku pasar. Salah satunya, peningkatan jumlah kasus di AS.

Data Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organizations/WHO) mencatat ada 26.519 kasus baru, sehingga total mencapai 2,29 juta kasus di AS. Jumlah kematian sudah mencapai 120 ribu orang pada hari ini.

"Kasus covid yang terus meninggi dikhawatirkan menghambat pemulihan ekonomi yang kini sedang berlangsung sejak pembukaan kembali perekonomian," katanya.

Kendati begitu, menurutnya, masih ada sebagian pelaku pasar yang optimis dengan pemulihan ekonomi dunia. Hal ini diharapkan mampu menopang pergerakan mata uang, sehingga tidak terlalu tertekan pada hari ini.
 

Terpopuler