Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.250 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pasar spot Selasa (12/3) pagi. Angka itu kembali menguat 0,28 persen dibanding perdagangan kemarin, yakni Rp14.289 per dolar AS.
Sebagian mata uang utama Asia terlihat menguat pagi hari ini. Won Korea Selatan menguat 0,41 persen, ringgit Malaysia menguat 0,22 persen, sementara dolar Singapura dan baht Thailand sama-sama menguat 0,09 persen. Peso Filipina pun tak mau ketinggalan dengan penguatan sebesar 0,19 persen. Di sisi lain, yen Jepang terlihat melemah terhadap dolar AS dengan nilai 0,2 persen. Sementara dolar Hong Kong terlihat tidak bergeming terhadap dolar AS. Sementara itu, mata uang negara maju bergerak variatif. Euro menguat 0,12 persen dan poundsterling Inggris menguat 0,54 persen, sementara dolar Australia menguat 0,07 persen.
Penguatan rupiah hari ini disebabkan ada kemajuan dari negosiasi keluarnya Inggris dari Uni Eropa, atau biasa disebut Brexit. Kemarin, Perdana Menteri Inggris Theresa May dikabarkan telah menyetujui perjanjian baru dengan Uni Eropa terkait kesepakatan 'cerai' dan deklarasi hubungan politik Inggris dan Uni Eropa di masa depan. Ketika kesepakatan Brexit semakin jelas, maka investor kian percaya diri untuk berinvestasi di poundsterling. Akibatnya, nilai poundsterling menguat dan melemahkan indeks dolar AS. Depresiasi dolar ini, lanjut Faisyal, tentu jadi angin segar bagi rupiah.
Kemudian, pelaku pasar juga menanti pidato Gubernur The Fed Jerome Powell pada pekan ini. Jika topiknya menyangkut optimisme pertumbuhan ekonomi AS, ada peluang rupiah akan terjungkal lagi esok harinya. Pernyataan The Fed, bisa semakin memukul rupiah setelah rilis pada Senin (11/3) malam menunjukkan data penjualan ritel AS pada Februari tumbuh di angka 0,2 persen dalam perhitungan bulanan, atau membaik dari Januari yang mencatat penurunan 1,6 persen. Jadi untuk hari ini, diperkirakan batas bawah rupiah di angka Rp14.200 per dolar AS dengan batas atas Rp14.380 per dolar AS.