Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.505 per dolar AS pada perdagangan pasar spot Senin (31/8) pagi. Posisi tersebut menguat 0,87 persen dibandingkan perdagangan akhir pekan lalu di level Rp14.632 per dolar AS.
Pagi ini, mayoritas mata uang di kawasan Asia terpantau menguat terhadap dolar AS. Dolar Taiwan menguat 0,23 persen, won Korea Selatan menguat 0,23 persen, dan peso Filipina menguat 0,17 persen,
Kemudian, rupee India menguat 0,56 persen, yuan China menguat 0,08 persen, ringgit Malaysia menguat 0,20 persen, dan baht Thailand menguat 0,10 persen.
Hanya yen Jepang yang masih melemah 0,16 persen dan dolar Singapura yang melemah 0,01 persen.
Sementara itu, mata uang di negara maju bergerak variatif terhadap dolar AS. Poundsterling Inggris menguat 0,08 persen dan dolar Kanada menguat 0,07 persen.
Sebaliknya, dolar Australia melemah 0,03 persen dan franc Swiss melemah 0,07 persen.
Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra memprediksi nilai tukar rupiah masih akan mendapatkan sentimen positif dari indikasi kebijakan pelonggaran moneter yang lebih lama dan mungkin lebih agresif dari bank sentral AS untuk membantu pemulihan ekonomi AS. Seperti yang diungkapkan Gubernur The Fed dalam pidato di pertemuan online para pejabat bank sentral dunia Jackson Hole Kamis pekan lalu.
Sikap the Fed ini, menurut Ariston, mendorong pelemahan nilai tukar dolar AS dan bisa membantu penguatan aset berisiko termasuk rupiah. Di sisi lain, penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bisa tertahan karena kekhawatiran potensi resesi dan penularan covid-19 yang meningkat. Potensi penguatan rupiah terhadap dolar AS hari ini di kisaran Rp14.550 per dolar AS sampai Rp14.750 per dolar AS.