Nilai tukar rupiah berada di level Rp14.265 per dolar AS pada Senin (27/9) pagi ini. Posisi ini melemah 0,05 persen dari Rp14.257 per dolar AS pada perdagangan sebelumnya.
Mayoritas mata uang di Asia menguat di hadapan dolar AS. Tercatat, yen Jepang menguat 0,07 persen, baht Thailand menguat 0,34 persen, yuan China menguat 0,17 persen, won Korea Selatan menguat 0,05 persen, ringgit Malaysia menguat 0,14 persen, dan dolar Singapura menguat 0,18 persen. Sementara, mata uang di negara maju bergerak bervariasi. Detailnya, dolar Kanada menguat 0,28 persen, dolar Australia menguat 0,36 persen, poundsterling Inggris melemah 0,01 persen, dan franc Swiss bergerak stagnan.
Analis Pasar Uang Ariston Tjendra memproyeksikan rupiah bergerak di zona hijau hari ini. Menurutnya, sentimen pasar keuangan global terhadap aset berisiko membaik pagi ini. Pasar mulai melirik aset berisiko pagi ini. Hal ini terlihat dari penguatan indeks saham di Asia dan penguatan nilai tukar regional terhadap dolar AS. Rupiah mungkin bisa turut menguat terhadap dolar AS dengan perbaikan sentimen tersebut. Situasi pandemi dalam negeri yang terus membaik juga mendukung penguatan rupiah. Namun, melihat penguatan rupiah akan bersifat terbatas. Sebab, pasar masih khawatir dengan persoalan keuangan Evergrande. Potensi penguatan rupiah ke kisaran Rp14.200-Rp14.220 per dolar AS, sementara resistance di kisaran Rp14.260 per dolar AS.
Diketahui, Evergrande terlilit utang hingga US$300 miliar atau Rp4.277 triliun (asumsi kurs Rp14.256 per dolar AS). Raksasa real estate asal China ini mulanya berhutang untuk mendanai pertumbuhan properti beberapa tahun lalu.