Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.660 per dolar AS pada perdagangan pasar spot Jumat (23/10) pagi atau stagnan dibandingkan kemarin sore.
Mata uang garuda stagnan bersama dolar Hong Kong. Sedangkan yen Jepang menguat 0,1 persen. Sisanya, won Korea melemah 0,21 persen, peso Filipina minus 0,06 persen, yuan China minus 0,05 persen, dolar Singapura minus 0,05 persen, ringgit Malaysia minus 0,03 persen, baht Thailand minus 0,03 persen.
Begitu juga dengan mayoritas mata uang utama negara maju. Hanya dolar Australia yang stagnan. Sementara, euro Eropa melemah 0,15 persen, rubel Rusia minus 0,13 persen, poundsterling Inggris minus 0,12 persen, dolar Kanada minus 0,11 persen, dan franc Swiss minus 0,02 persen.
Analis sekaligus Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra memperkirakan kurs rupiah akan melemah pada hari ini. Proyeksinya, mata uang Garuda bergerak di kisaran Rp14.600 sampai Rp14.750 per dolar AS. Potensi pelemahan rupiah muncul karena dolar AS menguat di tengah belum pastinya kesepakatan stimulus ekonomi antara pemerintahan Presiden Donald Trump dengan DPR AS yang dikuasai Partai Demokrat.
Selain itu, pemerintahan Negeri Paman Sam sejatinya belum mendapat dukungan penuh dari Senat AS, meski dikuasai Partai Republik, partai yang sama dengan Trump. Ini mendorong penguatan dolar AS terhadap nilai tukar utama dunia pagi ini dan berpotensi menekan rupiah juga.
Selain sentimen stimulus ekonomi AS yang tak kunjung final, dolar AS juga berhasil mendapat penguatan dari perbaikan data ekonomi negara adidaya itu. Hal ini terindikasi dari penurunan pengajuan klaim tunjangan pengangguran secara mingguan. Sementara data penjualan rumah justru meningkat. Hal ini memberikan harapan baik kepada pelaku pasar keuangan terkait prospek pemulihan ekonomi AS ke depan.