Kurs rupiah bertengger di posisi Rp14.138 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pasar spot Senin (14/10) pagi. Posisi ini menguat 0,08 persen dibanding penutupan pada Jumat (11/10) lalu yakni Rp14.150 per dolar AS.
Pagi ini, mayoritas mata uang utama Asia menguat terhadap dolar AS. Tercatat, won Korea menguat 0,21 persen, dolar Singapura 0,11 persen, dan Peso Filipina 0,09 persen. Penguatan juga terjadi pada yen Jepang sebesar 0,02 persen. Sementara, dolar Hong Kong tidak bergerak atau stagnan. Namun, ada juga mata uang Asia yang melemah terhadap dolar AS seperti bath Thailand sebesar 0,02 persen, dan lira Turki sebesar 0,24 persen.
Di negara maju, nilai tukar mata uang terhadap dolar AS tercatat melemah, di antaranya dolar Kanada sebesar 0,10 persen, poundsterling Inggris 0,42 persen, dolar Australia 0,26 persen, dan euro 0,15 persen. Hasil kesepakatan parsial dari negosiasi dagang antara AS dan Tiongkok minggu lalu memberikan sentimen positif ke rupiah pada hari ini. Namun, kesepakatan parsial tersebut masih perlu dituangkan dalam perjanjian yang masih memerlukan waktu sekitar 5 minggu.
Dalam kesepakatan parsial ini, AS sama sekali tidak menghapus tarif yang sudah dibebankan untuk barang-barang impor Tiongkok, yaitu sebesar 25 persen, dan hanya menunda kenaikan tarif menjadi 30 persen yang seharusnya berlaku tanggal 15 Oktober ini. Karena kebijakan tersebut, ia meramalkan situasi dagang antara AS dan China mungkin akan kembali alot. Negosiasi dagang ke depan masih akan alot dan bisa memberikan tekanan ke rupiah lagi.
Rencananya, Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jin Ping bakal bertemu untuk menandatangani kesepakatan tersebut. Lebih lanjut, rupiah diperkirakan berpotensi bergerak di kisaran Rp14.070 sampai dengan Rp14.170 hari ini.