Nilai tukar rupiah berada di Rp16.347 per dolar AS pada perdagangan pasar spot Selasa (31/3) pagi. Mata uang garuda melemah 0,06 persen dibandingkan perdagangan kemarin sore di posisi Rp16.337 per dolar AS.
Mayoritas mata uang di kawasan Asia terpantau menguat terhadap dolar AS. Tercatat won Korea menguat 0,09 persen, peso Filipina menguat 0,07 persen, dolar Taiwan menguat 0,14 persen, baht Thailand menguat 0,06 persen, dan yuan China menguat 0,03 persen terhadap dolar AS.
Namun, ringgit Malaysia senasib rupiah dengan pelemahan 0,01 persen. Diikuti, dolar Singapura yang melemah 0,06 persen. Sementara, dolar Hong Kong terpantau stagnan. Hanya yen Jepang yang tercatat melemah 0,63 persen.
Kemudian di negara maju, mayoritas nilai tukar juga perkasa terhadap dolar AS. Poundsterling Inggris naik 0,85 persen, dan dolar Australia menguat 0,37 persen terhadap dolar AS. Sedang, dolar Kanada melemah 0,30 persen terhadap dolar AS.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pasar bereaksi negatif terhadap potensi pembatasan akses ke wilayah Jabodetabek. Wacana pembatasan itu melarang kendaraan pribadi dan angkutan orang masuk ke wilayah Jabodetabek.
Hanya angkutan logistik yang diperbolehkan lalu lalang. "Pasar bereaksi negatif akan kemungkinan karantina tersebut. Jangan heran, kalau mata uang garuda kembali tertekan," katanya kepada CNNIndonesia.com.
Namun demikian, pembatasan tersebut belum diputuskan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Di samping itu, sejumlah pengamat memprediksi puncak pandemi Covid-19 di Indonesia akan berlangsung pada April.
Hingga Senin (30/3) pasien positif mencapai 1.414 orang. Dari jumlah itu, korban meninggal mencapai 122 orang dan berhasil sembuh 75 orang.
"Harapannya apa yang ditakutkan pada April akan terjadi puncak pandemi pada kenyataannya tidak terjadi," katanya.
Lebih lanjut, Ibrahim menyebut rupiah berpotensi mengalami depresiasi di kisaran Rp16.290 hingga Rp16.500 per dolar AS pada perdagangan hari ini.