Rupiah Anjlok ke Rp14.319 Imbas Hasil Obligasi AS Naik 

Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.319 per dolar AS pada perdagangan pasar spot pagi ini. Rupiah melemah 0,16 persen dibandingkan perdagangan sebelumnya di level Rp14.296 per dolar AS.

Mayoritas mata uang di kawasan Asia terpantau melemah terhadap dolar AS. Dolar Singapura melemah 0,12 persen, won Korea Selatan melemah 0,44 persen, peso Filipina melemah 0,37 persen, yuan China melemah 0,05 persen, ringgit Malaysia melemah 0,23 persen, dan dolar Taiwan melemah 0,13 persen Kemudian, rupee India menguat 0,36 persen, bath Thailand melemah 0,24 persen, dan yen Jepang melemah 0,23 persen.

Mayoritas mata uang di negara maju yang terpantau melemah terhadap dolar AS. Rinciannya, poundsterling Inggris melemah 0,08 persen, franc Swiss melemah 0,19 persen, dolar Australia melemah 0,12 persen, dan dolar Kanada menguat 0,02 persen.

Rupiah berpotensi melemah terhadap dolar AS. Hal ini karena tingkat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS meningkat. Ketika yield naik, maka dolar AS otomatis menguat. Dengan begitu, rupiah dan beberapa mata uang negara lain akan melemah. Yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun naik ke kisaran 1,78 persen pada perdagangan akhir pekan setelah tertekan di kisaran 1,70 persen.

Kenaikan yield obligasi pemerintah AS naik mengindikasikan bahwa pasar sedang mengantisipasi kenaikan suku bunga acuan The Fed. Selain itu, data penjualan ritel AS turun 1,9 persen pada Desember 2021 jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Sejumlah analis berpendapat hal ini terjadi karena kenaikan inflasi yang mengurangi minat belanja masyarakat di Negeri Paman Sam. Analisis ini mendukung keinginan bank sentral AS untuk segera menaikkan suku bunga acuannya.

Oleh karena itu, rupiah diprediksi akan berada di zona merah. Rupiah diperkirakan bergerak dalam rentang Rp14.320 per dolar AS hingga Rp14.350 per dolar AS.