Nilai tukar rupiah berada di level Rp14.342 per dolar AS pada hari ini. Posisi ini melemah 10 poin atau 0,07 persen dari Rp14.332 per dolar AS pada Selasa (30/11).
Di kawasan Asia, rupiah melemah bersama yen Jepang minus 0,28 persen dan peso Filipina minus 0,07 persen. Sementara dolar Hong Kong stagnan. Sedangkan mata uang lainnya berada di zona hijau. Won Korea Selatan menguat 0,53 persen, baht Thailand 0,13 persen, dolar Singapura 0,06 persen, ringgit Malaysia 0,06 persen, dan yuan China 0,05 persen.
Sebaliknya, mayoritas mata uang utama negara maju justru berada di zona merah. Franc Swiss melemah 0,25 persen, euro Eropa minus 0,17 persen, poundsterling Inggris minus 0,07 persen, dan rubel Rusia minus 0,01 persen. Hanya dolar Kanada dan dolar Australia yang menguat dari dolar AS, masing-masing 0,16 persen dan 0,1 persen.
Rupiah diperkirakan akan melemah dengan bergerak di kisaran Rp14.300 sampai Rp14.400 per dolar AS pada hari ini. Sentimen pelemahan datang dari bank sentral AS, The Federal Reserve yang memberi pernyataan dengan kecenderungan akan segera melakukan pengetatan moneter di Negeri Paman Sam. Sebab, menurut Gubernur The Fed Jerome Powell, tingkat inflasi di AS tampaknya bukan sementara saja. Untuk itu, perlu percepatan implementasi kebijakan pengurangan likuiditas alias tapering.
Pernyataan Powell yang cenderung mendukung percepatan tapering ini mendorong penguatan dolar AS dan melemahkan rupiah. Walaupun begitu, pelemahan mata uang rupiah mungkin tidak dalam. Sebab, fundamental ekonomi nasional masih cukup baik, salah satunya inflasi yang rendah.