Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.265 per dolar AS pada Rabu (21/8) pagi. Posisi tersebut menguat 0,02 persen dibandingkan penutupan pada Selasa (20/8) yang di Rp14.268 per dolar AS. Pagi hari ini, sebagian besar mata uang utama Asia melemah terhadap dolar AS. Dolar Hong Kong melemah 0,01 persen, dolar Singapura melemah 0,05 persen, won Korea Selatan melemah 0,07 persen, yen Jepang melemah 0,1 persen, dan baht Thailand melemah 0,18 persen.
Sementara itu di kawasan Asia, hanya ringgit Malaysia dan peso Filipina saja yang menguat terhadap dolar AS dengan nilai masing-masing 0,16 persen dan 0,1 persen. Mata uang negara maju juga mengalami pelemahan terhadap dolar AS, di mana dolar Australia melemah 0,02 persen, poundsterling Inggris melemah 0,05 persen, dan euro melemah 0,07 persen.
Kepala Riset Monex Investindo mengatakan rupiah sejatinya tengah mengalami momentum yang baik karena meredanya tensi perang dagang antara AS dan China. Namun, kini fokus pelaku pasar tertuju pada rilis risalah pertemuan The Fed Juli lalu, atau biasa disebut minuets of meeting. Catatan itu bisa memberi petunjuk arah kebijakan bank sentral ke depan di tengah awan resesi AS yang mengancam. Rencananya minutes of meeting ini akan dirilis Kamis (22/8) dini hari pukul 01.00 WIB.
Sementara itu, Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan pergerakan rupiah hari ini juga akan dipengaruhi oleh potensi sikap lunak (dovish) The Fed terhadap kebijakan suku bunga acuannya. Saat ini, probabilitas penurunan Fed Rate sebesar 25 basis poin ke 1,75 persen hingga 2 persen pada rapat The Fed 18 September tercatat 95 persen. Namun, ramalan ini berubah jika Gubernur The Fed Jerome Powell melontarkan pernyataan yang berlawanan pada pertemuan tahunan gubernur bank sentral di Wyoming akhir pekan ini. Sehingga untuk hari ini, data eksternal masih akan mempengaruhi rupiah dan membuat rupiah di kisaran Rp14.228 hingga Rp14.306 per dolar AS.