Nilai tukar rupiah tercatat di posisi Rp14.235 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan di pasar spot Kamis (8/8) pagi. Rupiah melemah 0,07 persen dibandingkan penutupan pada Rabu (7/8) yakni Rp14.225 per dolar AS.
Pagi hari ini, mayoritas mata uang utama Asia melemah terhadap dolar AS. Dolar Hong Kong melemah 0,01 persen, peso Filipina melemah 0,03 persen, ringgit Malaysia melemah 0,03 persen, dan dolar Singapura melemah 0,04 persen. Sementara itu, Won Korea Selatan menguat 0,04 persen, baht Thailand menguat 0,19 persen, dan yen Jepang menguat 0,21 persen.
Di sisi lain, pergerakan mata uang negara maju terbilang bervariasi. Poundsterling Inggris melemah 0,06 persen dan euro menguat 0,1 persen. Sementara itu, dolar Australia melemah 0,02 persen.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan perang dagang masih mempengaruhi rupiah hari ini, setelah AS mengancam akan menerapkan bea masuk 10 persen bagi impor produk China senilai US$300 miliar. Hanya saja, balasan China ternyata lebih pedih karena nilai tukar yuan diturunkan agar produk China tetap menarik di pasar global, termasuk di AS. Namun kedua negara menyepakati pertemuan di Washington awal bulan depan. Bahkan kalau ada perkembangan positif dalam dialog, AS bisa saja mengubah kebijakan bea masuknya.
Akan tetapi, masih ada harapan rupiah menguat hari ini, seiring keputusan dua bank sentral negara Asia yang memangkas suku bunga acuan. Keduanya ialah, Bank Sentral India yang menurunkan suku bunga 35 basis poin dan Bank Sentral Thailand yang menurunkan 25 basis poin.
Penurunan suku bunga acuan di India dan Thailand yang juga berstatus sebagai negara berkembang, menguntungkan Indonesia. Sebab, berinvestasi di Indonesia bisa memiliki imbal hasil yang lebih baik. Ketika suku bunga acuan turun, imbalan investasi (terutama di instrumen berpendapatan tetap seperti obligasi) akan ikut melorot. Sehingga, hari ini rupiah akan menguat di range Rp14.165 hingga Rp14.285 per dolar AS.