Meski di Tengah Lonjakan Inflasi AS, Rupiah Menguat ke Rp14.549 

Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.549 per dolar AS di perdagangan pasar spot pada pagi ini. Mata uang Garuda menguat 5 poin atau 0,03 persen dibanding Rp14.554 per dolar AS dari sebelumnya.

Mata uang Asia bergerak bervariasi pagi ini. Terpantau, yen Jepang menguat 0,14 persen, rupee India menguat 0,11 persen, dolar Singapura yang menguat 0,01 persen, yuan China melemah 0,12 persen, dan won Korea Selatan melemah 0,62 persen. Baht Thailand melemah 0,03 persen, ringgit Malaysia melemah 0,15 persen, peso Filipina melemah 0,09 persen, dan dolar Hong Kong bergerak stagnan.

Mata uang utama di negara maju juga bervariasi pagi ini. Tercatat, euro Eropa menguat 0,14 persen, dolar Australia menguat 0,10 persen, dolar Kanada menguat 0,09 persen. Franc Swiss menguat 0,04 persen, dan rubel Rusia menguat 0,06 persen. Sementara, poundsterling Inggris melemah 0,04 persen.

Rupiah diprediksi  melemah hari ini. Pasalnya, data inflasi konsumen AS pada April yang dirilis semalam menunjukkan tingkat inflasi yang masih tinggi di AS, dekat level tertinggi dalam empat dekade. Menurut Biro Statistik dan Tenaga Kerja AS, indeks harga konsumen (IHK) naik 8,3 persen pada April dibanding periode yang sama tahun sebelumnya (yoy). Angka tersebut sedikit lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya, yakni 8,5 persen. Data inflasi yang tinggi ini memvalidasi ekspektasi kebijakan pengetatan moneter AS yang lebih agresif ke depannya. Ekspektasi ini mendorong penguatan dolar AS karena yield obligasinya bakal naik.

Sementara ekonomi dalam negeri yang kembali menggeliat karena perayaan Idul Fitri bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah. Hal ini mungkin bisa menjaga pelemahan rupiah tidak terlalu dalam. Oleh karena itu, rupiah berpotensi kembali melemah dan bergerak dalam rentang Rp14.500 per dolar AS sampai Rp14.580 per dolar AS.