Nilai tukar rupiah berada di level Rp14.295 per dolar AS pada Rabu (19/5) pagi. Posisi tersebut melemah 0,15 persen dibandingkan perdagangan Selasa (18/5) sore di level Rp14.272 per dolar AS.
Pagi ini, mayoritas mata uang di kawasan Asia terpantau melemah terhadap dolar AS. Yen Jepang melemah 0,13 persen, dolar Singapura melemah 0,05 persen, yuan China melemah 0,01 persen, ringgit Malaysia melemah 0,02 persen, bath Thailand melemah 0,06 persen, dan peso Filipina yang terpantau melemah 0,01 persen. Sebaliknya dolar Taiwan menguat 0,07 persen, won Korea Selatan menguat 0,19 persen, dan rupee India menguat 0,24 persen.
Sementara itu, mata uang di negara maju bergerak bervariasi terhadap dolar AS. Poundsterling Inggris menguat 0,01 persen dan dolar Australia menguat 0,09 persen. Sedangkan dolar Kanada melemah 0,06 persen dan franc Swiss melemah 0,101 persen.
Pengamat pasar keuangan Ariston Tjendra mengatakan rupiah berpotensi melemah hari ini. Pelaku pasar cenderung menghindari aset berisiko terlihat dari pelemahan indeks saham Asia, yang mengekor pelemahan indeks saham AS kemarin. Hal ini mungkin bisa menekan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini. Kekhawatiran pasar terhadap kenaikan inflasi di AS mungkin menjadi pemicu aksi hindar risiko.
Meski demikian, di sisi lain, indeks dolar AS masih terlihat lemah. Pasar masih menganggap Bank Sentral AS tidak akan mengubah kebijakan pelonggaran moneternya dalam waktu dekat karena data tenaga kerja AS yang belum menunjukkan pemulihan seperti sebelum pandemi. Hal ini kemungkinan bisa menahan pelemahan rupiah tidak terlalu dalam. Pelaku pasar menantikan notulen rapat kebijakan moneter AS yang akan dirilis dini hari nanti. Pasar masih ingin mengonfirmasi sikap bank sentral terhadap kenaikan laju inflasi di AS saat ini, apakah ada sinyal pengetatan moneter atau tidak.