Nilai tukar rupiah menguat ke Rp14.084 per dolar AS atau sebesar 0,01 persen pada perdagangan pasar spot, Selasa (26/11) pagi. Sebelumnya, posisi rupiah berada di Rp14.086 per dolar AS pada perdagangan kemarin.
Pagi hari ini, mayoritas mata uang di kawasan Asia melemah terhadap dolar AS. Yen Jepang melemah 0,09 persen, ringgit Malaysia, dan dolar Singapura terpantau sama-sama melemah 0,03 persen, serta lira Turki melemah tipis 0,01 persen.
Penguatan terjadi hanya pada won Korea yang menguat 0,19 persen. Sedangkan, baht Thailand, dan juga dolar Taiwan berada di posisi stagnan, tidak bergerak terhadap dolar AS.
Di negara maju, mayoritas nilai tukar terpantau melemah terhadap dolar AS. Poundsterling Inggris melemah 0,04 persen, dolar Australia melemah 0,04 persen, dan dolar Kanada melemah 0,03 persen, disertai euro yang melemah tipis sebesar 0,02 persen terhadap dolar AS.
Kepala Riset PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan penguatan rupiah disebabkan oleh sentimen positif dari kebijakan China mengenai hak kekayaan intelektual (HAKI) yang selama ini dipermasalahkan oleh AS. China menaikkan penalti untuk perusahaan pelanggar HaKI di China.
Pasar merasa kebijakan tersebut merupakan gestur positif dari China untuk mencapai kemajuan dalam kesepakatan dagang dengan AS. Negosiasi antar kedua megara pun masih berlanjut hingga pekan ini. Pekan lalu, China mengundang pejabat AS untuk datang ke China untuk pembahasan kesepakatan yang lebih rinci. Pasar merespons secara positif perkembangan kesepakatan dagang hari ini. Rupiah berpotensi bergerak di kisaran Rp14.020 hingga Rp14.100 per dolar AS hari ini.