Nilai tukar rupiah menguat ke Rp13.625 per dolar AS atau sebesar 0,07 persen pada perdagangan pasar spot, Jumat (7/2) pagi. Sebelumnya, posisi rupiah berada di Rp13.634 per dolar AS pada penutupan pasar, Kamis (6/2).
Pagi ini, mayoritas mata uang di kawasan Asia melemah terhadap dolar AS. Terpantau, won Korea melemah 0,56 persen, ringgit Malaysia 0,21 persen, baht Thailand 0,13 persen, dan dolar Singapura sebesar 0,05 persen.
Di sisi lain, penguatan terjadi pada yen Jepang sebesar 0,11 persen, yuan China 0,04 persen, dan lira Turki yang menguat tipis 0,01 persen terhadap dolar AS.
Kemudian di negara maju, mayoritas nilai tukar melemah terhadap dolar AS. dolar Australia dan dolar Kanada melemah dengan nilai masing-masing sebesar 0,21 persen dan 0,07 persen, diikuti euro yang melemah sebesar 0,01 persen. Sementara, penguatan hanya terjadi pada poundsterling Inggris sebesar 0,01 persen terhadap dolar AS.
Kendati menguat pagi ini, Kepala Riset PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menilai rupiah akan kembali melemah, karena sentimen kekhawatiran pasar karena Virus Corona yang berpotensi mencuat.
"Penyebaran Virus Corona dapar menjadi kekhawatiran pasar setelah muncul laporan bertambahnya orang yang terjangkit virus ini di China, Singapura dan di lepas laut Jepang," kata Ariston saat dihubungi CNNIndonesia.com, Jumat (7/2).
Terlebih, lanjut Ariston, pejabat Bank Sentral AS dan Australia juga mempermasalahkan virus ini sebagai pemicu perlambatan ekonomi global.
Menurut Ariston, Kekhawatiran pasar tersebut mulai terlihat dari pelemahan tipis aset berisiko pagi ini, seperti indeks saham Nikkei dan mata uang emerging market.
"Harga emas juga kembali menguat. Rupiah juga mungkin melemah hari ini," lanjut Ariston.
Lebih lanjut, Ariston berpendapat rupiah akan bergerak di kisaran Rp13.600 hingga Rp13.720 per dolar AS pada hari ini.