Nilai tukar rupiah menguat ke Rp13.655 per dolar AS atau 0,04 persen pada perdagangan pasar spot, Selasa (18/2) pagi. Sebelumnya, posisi rupiah berada di Rp13.660 per dolar AS pada penutupan pasar, Senin (17/2).
Pagi ini, mayoritas mata uang di kawasan Asia melemah terhadap dolar AS. Terpantau, won Korea melemah 0,30 persen, peso Filipina 0,21 persen, dan ringgit Malaysia 0,11 persen.
Selanjutnya, baht Thailand juga turut melemah 0,09 persen, lira Turki 0,04 persen, dolar Taiwan 0,03 persen, diikuti dolar Singapura yang melemah 0,06 persen persen. Sementara, penguatan hanya terjadi pada yen Jepang sebesar 0,05 persen terhadap dolar AS.
Di negara maju, mayoritas nilai tukar melemah terhadap dolar AS. Dolar Australia dan dolar Kanada sama-sama melemah dengan nilai masing-masing 0,26 persen dan 0,04 persen. Euro dan poundsterling Inggris terpantau keok 0,05 persen terhadap dolar AS.
Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama menilai penguatan rupiah disebabkan oleh minimnya data makroekonomi AS saat hari libur US President's Day
"Minimnya data makroekonomi AS yang memberikan high market impact (dampak besar terhadap pasar) pasca hari libur US President's Day," kata Nafan saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (17/2).
Di sisi lain, Nafan juga menyebut Bank Sentral Tiongkok telah memberikan sentimen positif dengan menyuntikkan likuiditas untuk menggerakkan perekonomian Negeri Tirai Bambu yang terancam dari risiko perlambatan ekonomi karena penyebaran wabah virus corona.
Lebih lanjut, Nafan berpendapat rupiah akan bergerak di kisaran Rp13.645 hingga Rp13.730 per dolar AS pada hari ini.
"Pola downward bar pada daily chart terbentuk, mengindikasikan adanya potensi apresiasi rupiah terhadap dolar AS," pungkasnya.