Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.338 per dolar AS di perdagangan pasar spot pada pagi ini. Mata uang Garuda naik 1,5 poin atau naik 0,01 persen dari perdagangan sebelumnya yakni Rp14.340.
Mayoritas mata uang di Asia bergerak melemah pagi ini. Yen Jepang minus 0,02 persen, won Korea Selatan minus 0,34 persen, peso Filipina yang minus 0,07 persen, yuan China minus 0,22 persen, ringgit Malaysia minus 0,04 persen, dan baht Thailand minus 0,12 persen. Kemudian, dolar Hong Kong naik 0,01 persen, dolar Singapura naik 0,09 persen dan rupee India naik 0,61 persen.
Sementara mayoritas mata uang di negara maju beragam pagi ini. Franc Swiss naik 0,01 persen, dolar Kanada minus 0,04 persen, dolar Australia naik 0,08 persen, poundsterling Inggris minus 0,07 persen, dan euro Eropa minus 0,01 persen.
Nilai tukar rupiah berpotensi melemah terhadap dolar AS. Hal ini disebabkan oleh sentimen negatif dari invasi Rusia ke Ukraina. Invasi Rusia masih berlanjut. Rusia masih memberikan tekanan ke Ukraina dengan serangan misil agar menyerah dan menerima syarat-syarat Rusia. Perundingan masih berlangsung dengan negosiasi yang alot. Sebagian pelaku pasar optimis perdamaian akan segera tercapai tapi sebagian lagi skeptis bahwa perang bisa berlangsung lebih lama.
Rupiah juga ditekan dengan inflasi global dan kenaikan harga komoditas global. Kenaikan harga komoditas energi bisa memberikan tekanan ke harga aset berisiko karena kenaikan harga energi bisa menekan pertumbuhan ekonomi global.
Dari dalam negeri, rupiah masih didukung oleh surplus neraca perdagangan, aktivitas ekonomi yang diperlonggar karena tekanan dari covid-19 mereda, dan optimisme Bank Indonesia terhadap pertumbuhan ekonomi ke depan. Nilai tukar rupiah diprediksi akan tertekan dengan rentang Rp14.360 hingga Rp14.380 dengan potensi support Rp14.300.