Nilai tukar rupiah berada pada level Rp14.195 per dolar AS pada Kamis (3/9) pagi. Posisi ini menguat 0,01 persen dibanding penutupan pada Rabu (2/10) yakni Rp14.196 per dolar AS. Pagi hari ini, mayoritas mata uang utama Asia menguat terhadap dolar AS. Dolar Hong Kong menguat 0,02 persen, dolar Singapura menguat 0,02 persen, yen Jepang menguat 0,08 persen, ringgit Malaysian mengiat 0,09 persen, dan won Korea Selatan menguat 0,11 persen.
Di kawasan Asia, hanya baht Thailand yang melemah sebesar 0,06 persen terhadap dolar AS. Mata uang negara maju seperti poundsterling Inggris melemah 0,01 persen terhadap dolar AS, namun euro dan dolar Australia masing-masing menguat 0,01 persen dan 0,07 persen terhadap dolar AS.
Pelaku pasar kian khawatir dengan perlambatan ekonomi AS setelah laporan dari Institute for Supply Management menunjukkan indeks manufaktur Negeri Paman Sam turun ke angka 47,8. Angka tersebut merupakan level terendah dalam 10 tahun terakhir.
Indeks yang berada di bawah 50 menunjukkan bahwa sektor manufaktur AS mengalami kontraksi pada September. Kondisi tersebut membuat pelaku usaha berspekulasi bahwa bank sentral AS The Fed mempertimbangkan untuk menurunkan lagi suku bunga acuannya. Kondisi ini kian mengkhawatirkan setelah laporan ketenagakerjaan nasional ADP menunjukkan bahwa perusahaan swasta hanya menambah 135 ribu pekerjaan pada September. Angka ini lebih rendah dibanding data Agustus yakni 157 ribu pekerjaan.
Sementara dari dalam negeri, pelantikan anggota DPR RI periode 2019 hingga 2024 membuat pelaku pasar tenang. Sebab, kali ini pimpinan DPR merupakan partai pendukung pemerintah sehingga bisa mengurangi gesekan yang bisa mengganggu stabilitas politik. Dalam perdagangan Kamis, rupiah masih bisa menguat walaupun tipis. Data yang mendukung adalah kursi pimpinan MPR yang masih di pegang partai koalisi pendukung pemerintah. Rupiah hari ini diperkirakan akan menguat tipis di kisaran Rp14.165.10 hingga Rp14.205 per dolar AS.