Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp13.638 per dolar AS pada perdagangan pasar spot pagi ini, Jumat (17/1). Posisi mata uang rupiah menguat 5 poin atau 0,04 persen dari Rp13.643 per dolar AS pada Kamis (16/1).
Rupiah menguat bersama beberapa mata uang Asia, seperti won Korea Selatan 0,1 persen, yuan China 0,04 persen, dan dolar Singapura 0,02 persen. Sedangkan, mata uang Asia lainnya justru terperosok ke zona merah.
Baht Thailand melemah 0,26 persen, peso Filipina minus 0,19 persen, rupee India minus 0,17 persen, ringgit Malaysia minus 0,08 persen, dan yen Jepang minus 0,03 persen. Hanya dolar Hong Kong yang bergerak stagnan.
Sementara, mata uang utama negara maju kompak melemah dari dolar AS. Dolar Australia melemah 0,09 persen, poundsterling Inggris minus 0,05 persen, rubel Rusia minus 0,05 persen, dolar Kanada minus 0,04 persen, franc Swiss minus 0,02 persen, dan euro Eropa minus 0,01 persen.
Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra mengatakan nilai tukar rupiah terkena imbas sentimen kesepakatan dagang fase pertama antara Amerika Serikat dan China. Kesepakatan kedua negara membuat dolar AS dan bursa saham Negeri Paman Sam menguat.
"Rupiah terbantu menguat dengan sentimen positif itu," kata Ariston kepada CNNIndonesia.com, Jumat (17/1).
Ia mengungkapkan sentimen damai AS-China rupanya tetap memberikan optimisme kepada pelaku pasar, meski Presiden AS Donald Trump sejatinya tidak menarik tarif bea masuk impor terhadap produk-produk dari China.
Berbagai kebijakan tarif itu baru akan dilepas bila kedua negara sudah selesai menyepakati perjanjian dagang fase kedua.
Kabar sementara ini menyatakan kesepakatan dagang fase kedua akan dilangsungkan usai Pemilu AS jelang akhir tahun ini.
Lebih lanjut, ia memperkirakan mata uang Garuda akan bergerak di rentang Rp13.600 sampai Rp13.700 per dolar AS pada hari ini.