Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.031 per dolar AS pada perdagangan pasar spot Kamis (18/6) pagi. Posisi tersebut menguat 0,36 persen dibandingkan perdagangan Rabu (17/6) sore di level Rp14.090 per dolar AS.
Pagi ini, mayoritas mata uang di kawasan Asia terpantau bergerak variatif terhadap dolar AS. Yen Jepang menguat 0,21 persen, dolar Taiwan menguat 0,03 persen, rupee India menguat 0,06 persen dan ringgit Malaysia menguat 0,07 persen.
Sementara itu, dolar Singapura melemah 0,07 persen, won Korea Selatan melemah 0,10 persen, peso Filipina melemah 0,01 persen, yuan China melemah 0,07 persen dan baht Thailand melemah 0,05 persen. Adapun dolar Hong Kong masih stagnan.
Selanjutnya, mayoritas mata uang di negara maju juga terpantau masih bergerak bervariasi. Poundsterling Inggris dan dolar Australia terpantau berotot dengan penguatan masing-masing 0,19 persen dan 0,51 persen.
Sedangkan dolar Kanada melemah 0,24 persen dan franc Swiss melemah 0,07 persen.
Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra memprediksi pergerakan rupiah hari ini akan berada di kisaran Rp14.000-Rp14.150 per dolar AS.
Sentimen negatif terlihat masih membayangi pergerakan harga di pasar keuangan Asia lantaran pasar masih merespon negatif kasus positif covid19 yang masih terus meninggi dan kasus gelombang kedua (second wave) di negara yang sudah membuka kembali perekonomiannya.
Selain itu, pasar juga memperhitungkan dampak konflik regional yang masih memanas di Asia, antara Korut dan Korsel, Tiongkok dan India.
Semua sentimen ini berpotensi mengganggu dan menekan perekonomian.
Nilai tukar negeri berkembang seperti rupiah mungkin bisa terimbas pelemahan terhadap dollar AS. Tapi di sisi lain, kebijakan stimulus bank sentral AS The Fed yang cukup besar dan rencana stimulus pemerintah AS sebesar 1 triliun dolar untuk infrastuktur bisa menjaga pelemahan nilai tukar tidak terlalu besar terhadap dollar AS karena stimulus tersebut memperbesar likuiditas dollar AS.
Untuk rupiah sendiri, ekonomi new normal yang baru dimulai yang memberikan optimisme ekonomi Indonesia tidak tertekan terlalu dalam di masa pandemi masih menopang rupiah.