Nilai tukar rupiah menguat ke Rp13.995 per dolar AS atau sebesar 0,11 persen pada perdagangan pasar spot, Senin (10/12) pagi. Sebelumnya, posisi rupiah berada di Rp14.010 per dolar AS pada penutupan pasar Senin (9/12).
Pagi hari ini, mayoritas mata uang di kawasan Asia melemah terhadap dolar AS. Won Korea terpantau melemah 0,12 persen, yen Jepang 0,07 persen, dolar Singapura 0,04 persen, dan ringgit Malaysia 0,03 persen diikuti baht Thailand yang melemah tipis 0,01 persen.
Penguatan hanya terjadi pada lira Turki dan dolar Taiwan dengan nilai sebesar 0,02 persen, sementara dolar Hong Kong berada di posisi stagnan dan tak bergerak terhadap dolar AS.
Kemudian di negara maju, mayoritas nilai tukar bergerak bervariasi terhadap dolar AS. Dolar Kanada Terpantau melemah tipis 0,01 persen, sementara poundsterling Inggris dan euro masing-masing berada di posisi stagnan. Penguatan hanya terjadi pada Dolar Australia sebesar 0,06 persen terhadap dolar AS.
Meski menguat pagi ini, Kepala Riset PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menilai rupiah masih terancam melemah karena sentimen global kesepakatan dagang antara AS dan China yang belum jelas.
Menurut Ariston, pasar masih menantikan kejelasan perkembangan negosiasi dagang AS dan China.
"Hingga saat ini belum ada kepastian apakah AS dan China bersepakat. Pasar mewaspadai kalau-kalau AS dan China malah tidak jadi bersepakat," kata Ariston saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (10/12).
Ariston kemudian mengatakan apabila AS menerapkan tarif baru kepada China pada tanggal 15 Desember nanti, maka akan merupakan sinyal negatif bagi kesepakatan dagang kedua negara.
Lebih lanjut, Ariston berpendapat bahwa rupiah akan bergerak di kisaran Rp14.000 hingga Rp14.080 per dolar AS hari ini.