Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi terkoreksi pada perdagangan saham Jumat (1/3/2019). IHSG kemungkinan tertekan dengan diperdagangkan pada level 6.418-6.585. Dari sisi global, pasar akan menantikan data harga konsumen Amerika Serikat (AS) yang akan dirilis pada pekan ini. Sedangkan dari domestik, pemerintah mencatat isu-isu geopolitik seperti pembicaraan dagang AS-China masih berlanjut. Tak hanya itu, Pertemuan Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un menandakan bahwa risiko geopolitik berpeluang melandai. Melihat hal ini, IHSG kemungkinan masih akan tertekan pada kisaran support dan resistance di level 6382-6494.
Menurut Analis PT Artha Sekuritas Dennies Christoper Jordan, IHSG secara teknikal menunjukan potensi pelemahan di rentang 6.374-6.561. Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) betah di zona merah pada perdagangan saham Kamis pekan ini. Aksi jual investor asing menekan laju IHSG. Pada penutupan perdagangan saham, Kamis (28/2/2019), IHSG merosot 82,33 poin atau 1,26 persen ke posisi 6.443,34. Indeks saham LQ45 tergelincir 1,53 persen ke posisi 1.006,09. Sebagian besar indeks saham acuan tertekan. Sebanyak 282 saham melemah sehingga menekan laju IHSG. 124 saham menguat belum mampu menahan pelemahan IHSG. 126 saham diam di tempat. Pada Kamis pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.526,93 dan terendah 6.433,34. Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham 473.327 kali dengan volume perdagangan saham 14,6 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 10,7 triliun.
Investor asing jual saham Rp 1,25 triliun di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) di kisaran Rp 14.065. 10 sektor saham kompak tertekan. Sektor saham aneka industri turun 4,81 persen, dan bukukan penurunan terbesar. Disusul sektor saham manufaktur tergelincir 1,7 persen dan sektor saham tambang merosot 1,69 persen. Di tengah tekanan IHSG, ada sejumlah saham yang mampu menguat. Saham-saham itu antara lain saham OCAP naik 24,58 persen ke posisi 294 per saham, saham HDFA melonjak 21,62 persen ke posisi 180 per saham, dan saham TOBA menanjak 7,84 persen ke posisi 1.720 per saham.
Sedangkan saham-saham yang melemah antara lain saham TINS merosot 13,29 persen ke posisi 1.370 per saham, saham CINT tergelincir 12,41 persen ke posisi 254 per saham, dan saham ARII terpangkas 6,59 persen ke posisi 850 per saham. Bursa saham Asia kompak tertekan. Indeks saham Hong Kong Hang Seng merosot 0,43 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi turun 1,76 persen, dan bukukan penurunan terbesar di Asia.
Selain itu, indeks saham Jepang Nikkei susut 0,79 persen, indeks saham Thailand melemah 0,56 persen, indeks saham Shanghai merosot 0,44 persen dan indeks saham Singapura tergelincir 1,15 persen.
Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menuturkan, ada sejumlah faktor pengaruhi IHSG. Pertama, minimnya sentimen positif dari dalam negeri. Kedua, lesunya aktivitas manufaktur dan non-manufaktur di China yang ditandai dengan turunnya data indeks. Ketiga, meredanya optimisme terhadap hubungan perdagangan AS dengan China akibat pernyataan dari ketua perwakilan dagang AS Robert Lighthizer. Keempat, Belum tercapainya kesepakatan denuklirisasi di kawasan Semenanjung Korea pada perundingan tingkat tinggi antara AS dan Korea Utara di Vietnam. Kelima krisis Kashmir menyebabkan para pelaku pasar memindahkan asetnya kepada instrumen yang bersifat safe haven seperti emas, yen, dan swiss franc.