Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami tekanan di awal perdagangan Jumat ini. Seluruh sektor saham mengalami tekanan yang cukup dalam. Pada pra pembukaan perdagangan saham, Jumat (8/2/2019), IHSG turun 22,71 poin atau 0,35 persen ke posisi 6.513,74. Pelemahan IHSG berlanjut pada pukul 09.00 WIB, IHSG melemah 25,78 poin atau 0,43 persen ke posisi 6.508,67.
Indeks saham LQ45 tertekan 0,67 persen ke posisi 1.026,57. Sebagian besar indeks saham acuan berada di zona merah. Sebanyak 92 saham melemah sehingga menekan IHSG ke zona merah. Selain itu 81 saham menguat dan 140 saham diam di tempat.
Pada awal sesi perdagangan, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.515,85 dan terendah 6.505,55. Total frekuensi perdagangan mencapai 21.383 kali dengan volume perdagangan 472 juta saham. Nilai transaksi harian saham Rp 267 miliar. Investor asing jual saham Rp 18 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat berada di kisaran Rp 13.988.
Seluruh sektor saham melemah. Sektor saham industri dasar anjlok 1,01 persen, dan bukukan penguatan terbesar. Disusul sektor saham pertambangan tertekan0,80 persen dan sektor saham manufaktur turun 0,51 persen.
Saham-saham yang menguat antara lain saham CAKK naik 13,16 persen ke posisi 173 per saham, saham SQMI melonjak 11,82 persen ke posisi 350 per saham, dan saham SAFE menguat 11,43 persen ke posisi 234 per saham. Sementara itu, saham INDX melemah 5,95 persen ke posisi 79 per saham, saham GTBO susut 4,17 persen ke posisi 230 per saham, dan saham BWPT tergelincir 4,57 persen ke posisi 167 per saham.
Dari dalam negeri, data ekonomi yang terbilang baik dibanding tahun-tahun sebelumnya serta menguatnya mata uang rupiah menjadi sentimen pendongkrak bagi laju IHSG hari ini. Kemudian didukung juga oleh laporan laba perusahaan yang menjadi katalis positif bagi indeks di bursa saham. Adapun IHSG saya perkirakan akan berada di rentang 6442 - 6676.
Meski apresiasi nilai tukar rupiah dapat memberikan kepercayaan tinggi bagi investor, IHSG akan terkonsolidasi di kisaran 6.442 - 6.676. Tak hanya itu, sepinya volume transaksi membuat investor cenderung berhati-hati menyikapi fluktuatifnya pergerakan ekuitas di Asia di tengah banyaknya bursa yang masih mengalami libur tahun baru Imlek. Adapun, perdagangan saham diakhir pekan masih akan terlihat sepi mengingat bursa saham China, Taiwan, Hong Kong dan Vietnam masih ditutup karena libur.