Kementerian Perdagangan akan memanfaatkan celah perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China untuk mengekspor lebih banyak produk furnitur, kerajinan tangan, dan tekstil ke AS.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Arlinda mengatakan pemerintah bakal melakukan kesepakatan dengan AS agar lebih banyak mengambil produk asal Indonesia. Sebagai timbal balik, pemerintah bersedia membuka pasar lebih luas bagi produk Negeri Paman Sam itu di dalam negeri. Selama ini, Amerika kerap mengimpor kerajinan tangan dari China. Di tengah situasi perang dagang, Indonesia bisa mendapatkan kesempatan menggantikan Negeri Tirai Bambu tersebut. Namun, belum bisa diprediksi nilai perdagangan yang bakal diraih untuk kegiatan ekspor-impor Indonesia-AS.
Selain ke AS, pemerintah juga akan menggenjot ekspor Indonesia ke Mozambik, Chili, Pakistan, India, Bangladesh, dan Sri Lanka. Chili merupakan hub untuk memasarkan produk ke beberapa negara lain.
Di samping itu, pemerintah juga berupaya menggenjot ekspor kerajinan tangan dan perhiasan ke Jepang pada tahun ini. Pemerintah mengklaim ada potensi permintaan cukup besar untuk dua produk tersebut di Negeri Sakura. Beberapa produk yang seringkali diekspor ke Jepang selain kerajinan tangan dan perhiasan, antara lain batu bara, tekstil, dan sepatu.
Jepang masuk sebagai tiga negara tujuan ekspor terbesar, selain China dan AS. Nilai ekspor Indonesia dan Jepang sekitar US$17 miliar-US$19 miliar per tahun.
Dalam hal ini, pemerintah memberikan fasilitas kepada pengusaha Indonesia untuk menjajakan produk lokal di Jepang melalui kompetisi desain internasional G-Mark di Jepang. Namun, mereka harus mengikuti kompetisi Good Design Indonesia (GDI) yang diselenggarakan oleh Kemendag terlebih dahulu. Tahun lalu pihaknya mengirim 14 produk yang ikut berkompetisi di G-Mark. Dari situ, ada beberapa yang masuk dalam 20 produk terbaik, salah satunya sepeda bambu.